KOMODITAS GULA
Kumpulan data harga salah satu komoditas yang paling mempengaruhi inflasi, dalam beberapa tahun, yang dibandingkan dengan harga spasial dan harga vertikal, serta antara harga dalam negeri dan internasional.
Kami sajikan pertama harga gula pasar domestik dalam 4 tahun terakhir (2008-2011) (kemendag.go.id, 2011).
Tabel 1. Harga Gula (Rp/kg) Domestik Tahun 2008-2011
Tahun | Harga (Rp/kg) | |||
Maret | Juni | September | Desember | |
2008 | 6.439 | 6.514 | 6.446 | 6.482 |
2009 | 7.896 | 8.553 | 9.991 | 10.185 |
2010 | 10.972 | 9.960 | 10.544 | 11.150 |
2011 | 10.806 | - | - | - |
Sumber: kemendag.go.id (2011)
Harga yang ditunjukkan pada tabel 1 adalah harga gula rafinasi atau gula putih (white sugar) yang umum dikonsumsi masyarakat ketimbang gula mentah (raw sugar). Terlihat kenaikan yang bertahap setiap tahunnya dari kisaran harga di awal 2008 Rp 6.500,-/kg sampai kisaran Rp 11.000,-/kg pada 2011. Secara langsung, kenaikan ini sedikit banyak mempengaruhi tingkat inflasi tiap tahun (Tabel 2).
Tabel 2. Tingkat Inflasi
Tahun | Inflasi |
2008 | 11,06 |
2009 | 2,78 |
2010 | 6,96 |
2011 | 3,20 |
Sumber: bps.go.id (2011)
Terlihat pada tabel 2 terdapat kenaikan inflasi yang diikuti oleh kenaikan pada tahun 2009 ke tahun 2010 dimana setiap bulannya pada 2009 harga gula mengalami kenaikan setidaknya 8-10%, yang menyebabkan kenaikan tingkat inflasi sebesar 4,18% tahun 2010. Sampai harga kembali relatif stabil pada tahun 2010 di kisaran Rp 10.000-Rp 11.000,-. Harga Gula domestik pada tabel 1 akan kami bandingkan dengan harga yang terdapat dibeberapa kota di Indonesia.
Tabel 3. Harga Gula di Beberapa Kota Di Indonesia Tahun 2010-2011
Kota | Harga (Rp/kg) | ||
2010 | 2011 | ||
Mei | April | Mei | |
Jakarta | 10.856 | 10.935 | 10.905 |
Bandung | 9.500 | 10.845 | 10.516 |
Semarang | 9.966 | 9.882 | 9.763 |
Yogyakarta | 8.496 | 9.755 | 9.552 |
Surabaya | 9.367 | 9.853 | 9.542 |
Denpasar | 10.217 | 10.700 | 10.700 |
Medan | 9.889 | 10.725 | 10.000 |
Makassar | 8.000 | 10.000 | 9.910 |
Rata-rata 33 kota | 10.242 | 10.832 | 10.648 |
Relatif tidak jauh berbeda seperti yang digambarkan pada tabel 1 harga tiap kota pada tabel 2, misal pada tahun 2011 harga berkisar antara Rp 9.600-Rp 11.000,-. Mengindikasikan bahwa distribusi gula tiap kota terbilang merata.
Perlu diperhatikan juga adalah bagaimana kondisi nila tukar petani tebu (nili tukar petani perkebunan rakyat) sebagai indikator kesejahteraan (Tabel 4) .Pertanyaannya apakah seiring dengan kenaikan harga gula petani juga mendapatkan “manisnya” agribisnis ini.
Tabel 4. Nilai Tukar Petani Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) Tahun 2008-2011
Tahun | Persentase | ||
April | Agustus | Desember | |
2008 | 112.60 | 114.04 | 100.01 |
2009 | 103.98 | 103.61 | 103.73 |
2010 | 104.49 | 102.90 | 104.49 |
2011 | 106.23 | 107.98 | - |
Sumber: Bps.go.id (2011)
Terlihat pada tabel 4 tidak ada kenaikan signifikan dari nilai tukar petani terhadap kenaikan harga gula di pasaran. Justru terlihat penurunan walaupun tipis, akan tetapi belum bisa mencapai angka NTP pada 2008.
Harga pada tabel 2 dan 3 merupakan harga di tangan konsumen atau harga akhir. Tentu tidak sama pada harga yang diterima tiap tingkatan olahannya mulai dari harga tebu (original cane), harga gula mentah (raw sugar), sampai harga gula putih atau gula rafinasi. Harga tebu mengikuti perkembangan harga gula, terus merangkak naik tiap tahunnya pada 2009 harga tebu Rp 200/kg (tempo.com,2011), Rp320/kg pada 2010, dan Rp480/kg pada 2011. dengan produktivitas rata-rata tebu adalah 1.500 kuintal per hektarnya berarti penerimaan petani per hektarnya berturut-turut dari tahun 2009-2011 adalah Rp 30.000.000, Rp 45.000.000, Rp 72.000. Kenaikan penerimaan tersebut tentu diikuti dengan kenaikan input seperti pupuk, bibit, dan upah pekerja. Penerimaan tersebut ditunggu hingga 1 tahun mengikuti umur pane tebu.
Harga yang diterima konsumen juga merupakan dampak dari panjangnya kebanyakan sistem distribusi gula. Rantainya dimulai dari Produsen/Importir – Distributor – Sub distributor – Grosir – Retail. Jalur ini merupakan jalur terpanjang dari rantai distribusi di industri gula Indonesia. Jalur ini bisa ditemui di kebanyakan daerah di Indonesia, terlebih lagi daerah sasaran adalah daerah yang sangat jauh dari sumber produksi maka ranta akan lebih panjang dengan kapasitas distribusi yang semakin kecil. Setiap rantai distribusi pasti mengambil margin mulai dari 5-80% (tabel 5).
Tabel 5. Kontribusi Margin Pelaku Dalam Industri Gula
Pelaku | Margin (per kg) | Presentase |
Produsen (PG BUMN) | Rp 7.400 | 81.32 |
Distributor | Rp 8.100 - 9.500 | 6.67 – 7.69 |
Sub Distributor | Rp 8.600 - 10.000 | 4.76 – 5.49 |
Retailer Modern | Rp. 10.000 –12.000 | 23.45 – 26.31 |
Retailer Tradisional | Rp 9.100 – 10.500 | 4.76 – 5.49 |
Sumber: Kppu.go.id (2011)
Mengenai Impor Gula dan Harga Gula Internasional
Menurut Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) (2011). Bila dibandingkan, produksi dalam negeri lebih kecil daripada konsumsinya. Misalnya saja produksi gula nasional tahun 2007 sekitar 2.3 juta ton/tahun, dengan rincian pabrik gula milik BUMN 1,6 juta ton per tahun dan pabrik gula milik swasta 0,7 juta ton per tahun, sedangkan konsumsi nasional sekitar 4 juta ton per tahun. Sementara itu, pada tahun 2009, produksi lokal mencapai 2,5 juta ton sedangkan total konsumsi adalah 4,8 juta ton, dengan perincian konsumsi gula masyarakat di dalam negeri sebesar 3 juta ton dan konsumsi industri yang mencapai 1,8 juta ton. Hingga kini data kebutuhan gula per tahun mencapai sekitar 4 hingga 4,8 juta ton per tahun baik untuk konsumsi masyarakat maupun industri.
Komponen impor dari gula terbanyak adalah gula rafinasi untuk industri dan gula mentah (raw sugar) untuk bahan baku gula rafinasi dan gula putih dalam negeri. Sebelum itu kami akan menjelaskan secara singkat yang dimaksud dengan gula mentah, gula rafinasi, dan gula putih.
Raw Sugar adalah gula mentah berbentuk kristal berwarna kecoklatan dengan bahan baku dari tebu. Untuk mengasilkan raw sugar perlu dilakukan proses seperti berikut : Tebu-Giling-Nira-Penguapan-Kristal Merah (raw sugar), gula tipe ini adalah produksi gula “setengah jadi” dari pabrik-pabrik penggilingan tebu yang tidak mempunyai unit pemutihan yang biasanya jenis gula inilah yang banyak diimpor untuk kemudian diolah menjadi gula kristal putih maupun gula rafinasi. Refined Sugar atau gula rafinasi merupakan hasil olahan lebih lanjut dari gula mentah atau raw sugar melalui proses Defikasi yang tidak dapat langsung dikonsumsi oleh manusia sebelum diproses lebih lanjut. Yang membedakan dalam proses produksi gula rafinasi dan gula kristal putih yaitu gula rafinasi menggunakan proses Carbonasi sedangkan gula kristal putih menggunakan proses sulfitasi. Gula rafinasi inilah yang digunakan oleh industri makanan dan minuman sebagai bahan baku. Gula kristal putih umumnya digunakan untuk rumah tangga dan diproduksi oleh pabrik-pabrik gula didekat perkebunan tebu dengan cara menggiling tebu dan melakuka proses pemutihan, yaitu dengan teknik sulfitasi. Berikut rangkaian prosesnya : Tebu-Gilingan-Nira-Evaporator-Kristal-Sentrifugal-Sulfitasi-Gula kristal putih/Gula pasir (Kppu.go.id,2011).
Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan peningkatan pendapatan masyarakat konsumsi gula masyarakatpun meningkat. Baik untuk konsumsi rumah tangga maupun industri. Menjadikan opsi impor sebagai pilihan utama untuk menutupi defisit gula dalam negeri (Tabel 6).
Tabel 6. Perkembangan Konsumsi, Produksi dan Impor Gula (Juta Ton)
Tahun | Konsumsi nasional | Alokasi Impor/rafinasi | Produksi Dalam Negeri | Total supply | ||
Dalam Negeri | Industri | Total | ||||
2008 | 3 | 1,8 | 4,8 | 1,97 | 2,6 | 4,57 |
2009 | 3 | 1,8 | 4,8 | 1,95 | 2,5 | 4,45 |
2010 | 3 | 1,8 | 4,8 | 2,30 | 2,7 | 5,00 |
Sumber: Kppu.go.id (2011)
Terbukti produksi dalam negeri belum mampu menutupi permintaan domestik. Sehingga impor gula menjadi pilihan. Jumlah impor pun terlihat semakin bertambah tiap tahunnya.
Selanjutnya kami juga mengamati trend harga gula di dunia. Sebagai perbandingan terhadap perkembangan harga gula di dalam negeri.
Grafik 1. Perkembangan Harga Gula Dunia 1993-2002 (US$ per pon)
Sumber: Ipard.com (2003)
Grafik 2. Perkembangan Harga Gula Indonesia 1995-2002 (Rp per kg)
Sumber: Ipard.com (2003)
Pada Grafik 1 terlihat tren penurunan harga gula yang terjadi mulai dari tahun 1995 (18 US$ per pon) dan berhenti turun pada tahun 1999 menjadi stabil pada tahun-tahun berikutnya di kisaran (US$ 9-11 per pon). Kondisi terbalik terjadi di Indonesia. Tren harga gula dalam negeri justru terus meningkat sejak tahun 1997. Peningkatan paling signifikan tercatat dari tahun 1997 ke tahun 1998 sebanyak 100% (Rp 1.500-Rp 3.000). Sejak itu harga gula terus menanjak tiap tahunnya. Bila kita kaitkan dengan kondisi ekonomi dan politik pada saat itu periode 1997-1998 merupakan krisis ekonomi terburuk kedua Indonesia setelah krisis tahun 1966. Pada akhir 1997 inflasi Indonesia diatas 70%, yang secara otomatis gula merupakan salah satu komoditas indikator inflasi juga meroket harganya hingga dua kali lipat.
Meninggalkan tahun 2000 suplai dalam negeri makin tidak memenuhi permintaan gula domestik, akibatnya harga gula perlahan tapi pasti merangkak naik yang bisa direm dengan mengimpor gula. Sebelum terpenuhinya swasembada gula dalam negeri maka kenaikan harga komoditas ini bisa dipastikan setiap tahunnya.
Daftar Pustaka
Antaranews.com. 2010. http://www.antaranews.com/berita/1267170998/petani-tebu-tak-pernah-rasakan-manisnya-gula. (26 Desember 2011)
Bps.go.id. 2011 http://www.bps.go.id/aboutus.php?tabel=1&id_subyek=22. (26 Desember 2011)
Ipard.com. 2003. http://www.ipard.com/statistik/statistik_gula.asp#9. (26 Desember 2011)
Kemendag.go.id. 2011. http://ews.kemendag.go.id/ews2/Sangkuriang/ Publikasi/ dokumen/01%20Weekly%20 Report%20Gula%20Jan%202011.pdf. (26 Desember 2011)
Kompas.com. 2010. http://cetak.kompas.com/ read/2010/07/08/03122138/ harga.tebu.petani.anjlok. (26 Desember 2011)
Kontan.co.id. 2011. http://industri.kontan.co.id/v2/read/ 1317350110/78732 /Meski-harga-tebu-terus-merangkak-naik-keuntungan-petani-belum-optimal-. (26 Desember 2011)
Kppbumn.depkeu.go.id. 2011. www.kppbumn.depkeu.go.id/.../Profil%20Tebu-1.../page0002.htm. (26 Desember 2011)
Kppu.go.id. 2011. http://www.kppu.go.id/docs/ Positioning_Paper/%5B2010%5D% 20Position%20Paper%20Industri%20Gula.pdf. (26 Desember 2011)
Tempo.co. 2009 http://www.tempo.co/read/news/2009/09/02/090195785/Harga-Tebu-Melonjak-100-Persen. (26 Desember 2011)
No comments:
Post a Comment